PRINGSEWU – Ada yang menarik dari syukuran Hari Bhayangkara ke-79 di Polres Pringsewu, Selasa 1 Juli 2025. Di atas meja panjang berbalut kain merah marun, deretan tumpeng dan kue tart berjejer rapi. Di tengah panggung, potongan kue disuapkan Kapolres kepada Bupati.
Sekilas tampak seperti perayaan biasa. Namun di balik suasana hangat itu, tergambar hal-hal yang lebih dalam: harapan publik terhadap wajah Polri ke depan, terutama di level lokal.
Syukuran ini bukan sekadar peringatan institusional. Ia menjadi momentum evaluasi. Terutama bagi institusi yang selama ini berdiri di antara hukum dan masyarakat.
Kapolres Pringsewu AKBP M. Yunnus Saputra mengatakan bahwa Hari Bhayangkara bukan sekadar perayaan, melainkan refleksi. Dalam sambutannya, ia menyebut perlunya peningkatan pelayanan, pembenahan internal, serta pendekatan yang lebih manusiawi.
Di hadapan jajaran Forkopimda, tokoh masyarakat, dan purnawirawan, Bupati Pringsewu Riyanto Pamungkas menyampaikan pesan yang cukup padat. Bahwa Polri kini semakin dicintai, tapi ke depan masyarakat berharap lebih dari sekadar patroli dan penegakan hukum.
H. Wanawir, tokoh masyarakat yang hadir, berbicara soal peran Polri sebagai penjaga persatuan. Menurutnya, kehadiran polisi di tengah masyarakat majemuk seperti Pringsewu bukan hanya dalam bentuk penertiban, tapi juga teladan dalam menegakkan keadilan sosial.
Sementara itu, dari kalangan purnawirawan, suara nostalgia terdengar dari M. Syukur. Ia menekankan pentingnya menjaga semangat Bhayangkara yang selama ini menjadi dasar pengabdian institusi. Baginya, modernisasi tidak boleh menggeser nilai-nilai dasar seperti ketulusan, kejujuran, dan kesetiaan terhadap rakyat.
Harapan lain datang dari warga sipil. Seorang warga Pringsewu Barat bernama Eko mengungkapkan bahwa masyarakat akar rumput masih ingin Polri yang bisa ditemui tanpa protokoler, yang bisa diajak bicara tanpa rasa takut.
Ia menyebutkan pentingnya keterbukaan dan keberanian polisi untuk mendengar keluhan warga kecil sebuah pendekatan yang seringkali luput dari spotlight.
Semua pesan itu dirangkum dalam satu kalimat penutup dari Kapolres: “Kami ingin hadir tidak hanya sebagai aparat penegak hukum, tetapi juga sebagai mitra masyarakat.”
Dari potongan kue dan tumpeng, masyarakat membaca isyarat. Bahwa ke depan, kepercayaan publik terhadap institusi bukan didorong oleh seremonial, melainkan oleh konsistensi dalam mendengar, hadir, dan memperbaiki diri.
Karena hari besar memang pantas dirayakan. Tapi yang paling dinanti adalah perubahan setelah perayaan.
Penulis : Anhar