Ramanews|Metro – Keluarga dari seorang anak penyandang tunanetra, yang menjadi peserta lomba lato-lato di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus mengaku kecewa dengan peraturan dalam kompetisi tersebut.
Warga Pekon Gunungsari, Kecamatan Ulubelu, Tanggamus, Ida yang merupakan ibu dari seorang anak penyandang kebutaan Rizki Andika Pratama menyayangkan peraturan lomba yang menurutnya tidak adil.
“Dalam lomba itu, anak saya yang buta diperlakukan sama dengan anak normal. Mereka diharuskan bermain lato-lato sambil berjalan, sedangkan dia kan buta. Tentu saja langkah dia saat berjalan itu tidak lancar, kan goyah,” kata Ida saat dikonfirmasi di kediamannya, Senin, (06/02/2023).
Berdasarkan penelusuran data yang digali Ramanews.tv, diketahui panitia penyelenggara lomba tersebut diduga melakukan diskriminasi dengan mengabaikan hak-hak bagi penyandang disabilitas sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Ditegaskan dalam aturan tersebut bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya. Terutama bagi penyandang cacat, anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Sebelumnya, diketahui lomba lato-lato yang disponsori oleh sebuah Dealer Motor Honda di Kabupaten Tanggamus itu digelar pada Sabtu, 4 Februari 2023. Brosur pendaftaran lomba disebarkan melalui jejaring sosial sehingga membuat sejumlah besar anak-anak mendaftarkan diri untuk berpartisipasi.
Ida berharap, setidaknya panitia lomba bisa sedikit mentolerir dan memberi kemudahan bagi peserta yang menyandang kecacatan.
“Saya tidak berharap anak saya menjadi juara, namun setidaknya ada lah aturan yang mudah untuk dilakukan, bagi anak-anak penyandang disabilitas yang ingin ikut berpartisipasi,” pungkasnya dengan mata berkaca-kaca.
Dari pantauan di lokasi lomba, nampak sejumlah peserta mengikuti perlombaan dengan begitu saja, tanpa dilengkapi alat pelindung, misalnya helm. Hal itu menggambarkan kecerobohan panitia lomba yang tidak berupaya mengantisipasi bahaya lato-lato. Padahal, telah berulang kali terjadi di daerah lain, lato-lato mencederai anak-anak karena benturan yang keras akibat terlepas dari ikatannya.
Sampai berita ini diterbitkan, pihak panitia belum bisa dimintai keterangan terkait hal tersebut.[Eko Purwanto]