Ramanews|Metro – Maraknya mainan lato-lato dalam dunia permainan anak-anak menuai reaksi pro dan kontra dari berbagai kalangan. Seperti misalnya di Kota Metro, segelintir masyarakat ada yang merasa terganggu, akan tetapi ada juga sebagian guru yang memastikan mainan itu aman, bahkan disebut dapat jadi salah satu media penunjang belajar bagi siswa.
Seorang ibu rumah tangga di Kota Metro, Rita Puspa Sari (37) mengaku sedikit khawatir dengan mainan anak-anak yang berbentuk seperti bola itu. Dia pernah mendapat informasi adanya anak yang mengalami cedera, hingga menyebabkan matanya buta karena terbentur lato-lato.
“Iya. Ada lho itu berita yang beredar, kalau nggak salah tuh di daerah Jawa apa di mana gitu. Ada anak kecil yang jadi buta karena main lato-lato terlalu dekat dengan wajahnya. Jadi, lato-lato yang dimainkan dengan harus diayunkan kuat-kuat itu mental, pas banget kena bola matanya,” kata Rita, Selasa, 10/1/2023.
Rita merasa kewalahan jika harus melarang anaknya bermain lato-lato. Karena memang permainan itu saat ini tengah menjadi viral di kalangan anak-anak.
“Memang susah sekali melarang anak-anak main lato-lato. Ya mau gimana lagi sih ya, namanya juga lagi musim-musimnya sih itu. Meski dilarang main lato-lato di rumah, mereka kan bisa juga main di tempat lain,” keluhnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dasar (K3SD) Kota Metro, Yasirrudin memastikan mainan lato-lato tidak sampai mengganggu proses belajar siswa di tingkat di SD se-Kota Metro. Sejauh ini, dia mengaku belum mengetahui ada siswa SD yang bermain permainan itu di lingkungan sekolah, apalagi kalau sampai bisa mencederai murid.
Menurut Yasirrudin, bahkan tidak menutup kemungkinan jika suatu saat nanti lato-lato akan beralih fungsi menjadi salah satu media belajar bagi siswa, dengan sedikit inovasi dan kreativitas para guru. Juga menjadi lantaran bagi murid untuk mengurangi bermain gadget.
“Sampai sekarang sih saya belum pernah mendengar anak-anak main lato-lato di sekolah ya. Ya barangkali kalau di luar sekolah kan ya sering liat, karena memang lagi viral-viralnya ya,” ujar Yasirrudin.
“Misalnya di pembelajaran matematika, kan bisa itu untuk jadi media mengajarkan anak berhitung, menghitung bunyi. Bisa dilakukan sendiri atau beregu,” tambahnya.
Meski begitu, Yasirrudin mengaku tidak mengetahui adanya aturan khusus dari dinas setempat yang melarang siswa membawa lato-lato ke sekolah. Namun, pihak guru di masing-masing SD dengan sendirinya telah mengimbau kepada para siswa untuk memainkan lato-lato hanya di rumah saja.
“Yang selama ini dikhawatirkan orang tua itu kan sisi sosial anak yang dipertanyakan, karena setiap hari asik main HP sendiri-sendiri. Dengan lato-lato, anak kan jadi main bareng sama kawan-kawannya,” jelasnya.
“Karena saya mendapat inspirasi itu, bisa jadi karena berdampak positif kepada anak kenapa tidak kita kembangkan menjadi media pembelajaran nantinya kan,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Suwandi mengatakan pihaknya bakal mengkaji lebih dalam terkait dampak dari permainan anak yang viral itu.
“Ya. Kita akan rapatkan dulu ya. Nanti apabila membahayakan, kita segera imbau dan SK-kan. Bila nantinya permainan itu berdampak negatif, apalagi bisa mencederai anak-anak. Maka, kita akan imbau untuk melarangnya di seluruh satuan pendidikan,” ungkapnya singkat, saat dikonfirmasi usai Rapat Koordinasi Bulanan Pemerintah Kota (Pemkot) Metro.(*)[KikiAnggi]