Film Kulak Kukut dan Pentingnya Referensi Pengetahuan Masakan Khas Lampung

Ramanews|Metro – Sebagai bagian dari keragaman budaya, kekayaan masakan tradisional Lampung belum terpublikasi dengan baik.
Puncaknya, Provinsi Lampung terlewatkan begitu saja dalam buku 100 masakan Maknyus Tradisional Indonesia karya Pak Bondan Maknyus.

Dampaknya, Lampung tertinggal dalam peta wisata kuliner nasional. Apalagi buku itu memperoleh predikat Best In The World, dari Gourmand Cook Book Award dan menjadi kitab sucinya para petualang kuliner, menjelajahi aroma dan rasa baru dalam dunia masakan Asia Tenggara.

Sementara, kunjungan wisata dari sektor kuliner dan budaya sangat marak dalam sepuluh tahun terakhir. Tak terbayangkan bagaimana rumah makan yang menyajikan masakan tradisional di Lampung akan meredup kemudian punah.

Hilangnya perhatian atas keberagaman masakan khas Lampung ditimpali pula oleh fenomena demam K-Pop yang tidak saja membuat masakan khas Lampung makin tenggelam, bahkan superioritas masakan Nusantara perlahan tersisih dan menjadikannya inferior di tengah rupa-rupa masakan import kemasan.

Maraknya rumah makan yang menjual makanan dan masakan Korea, searah dengan masifnya penjualan produk pangan kemasan asal korea di berbagai retail modern. Yang luar biasa adalah fenomena itu bertahan dan semakin kuat sejak 2012 silam.

Kimchi, Ramen, Tteokbokki serta rupa-rupa masakan import yang miskin rasa, segera saja digandrungi kaum milinenial hanya karena hilir mudik dalam film drakor.

Kita harus segera menyadari, bahwa film adalah puncak tertinggi dalam membangun dan menyebarkan gagasan. Melalui film, kami berupaya mengenalkan masakan tradisional Lampung. Selain sebagai bentuk ‘ketersinggungan batin’, betapa penghasil rempah terbaik dunia memiliki masakan yang tenggelam dalam peta kuliner nasional.

Gayung bersambut, Kabupaten Lampung Tengah atas persetujuan DPRD-nya bersedia menjalankan program kami, sebagai bagian promo pariwisata dan memantik geliat UMKM yang bergerak di sektor kuliner.

Berbekal riset dan pengetahuan masakan daerah dan didukung oleh jam terbang tim, maka terwujudlah film berjudul Kulak Kukut dengan genre fiksi drama. Pilihan genre tidak terlepas dari kelompok usia yang menjadi sasaran film, yaitu kaum milenial.

Melalui Skenario yang disusun Arman AZ, film ini dapat divisualisasikan dengan baik oleh Dede Safara bersama keterlibatan seluruh kru dan talent.

Beberapa movie maker Lampung memberikan kontribusi terbaik di departemen mereka pada sepanjang proses produksi dan post produksi Film Kulak Kukut. Antara lain Razi Al Farisi, Riskon dan Iin Zakaria. Tiga nama terakhir merupakan sosok yang merentas dan memulai kebangkitan film Lampung.

Hal menarik lainnya ialah, film kulak kukut memiliki kualitas audio dan scoring mumpuni, terutama kepiawaian komposer dalam memadukan alat musik tradisional dan menyisipkan sastra lisan Lampung di adegan tertentu.

Anda akan mendengarkan rupa-rupa alat musik Lampung ; Serdam, Kulintang, Talo Balak, Cetik, Gambus dan sastra lisan bernama Dadi dikomposisikan secara apik pada Film ini.

Semoga melalui film Kulak Kukut Lampung tidak saja dikenal sebagai asal Seruit, tetapi beragam masakan lain yg begitu kaya rasa seperti pada semangkuk Gulai Kulak Kukut.

Tentu kami berharap Kabupaten Kota lain turut memberikan ruang dan perhatian terhadap pengembangan pengetahuan budaya pangan. Bahwa kebudayaan adalah kekayaan daerah yang perlu ditumbuh-kembangkan sebagai bagian dari jati diri bangsa.

Soekarno -Founding Father Republik Indonesia- dalam bunga rampai Mustikarasa Nusantara menyatakan bahwa ia tidak ingin lidah dan perut rakyat Indonesia terjajah oleh makanan import.

Untuk saat ini, pembaca bisa menonton trailer film Kulak Kukut dengan mengkopi link berikut :

Link Trailer Film:

[Arif Surakhman]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *