Ramanews|Metro – Polemik soal menjamurnya pendirian ritel minimarket Alfamart-Indomaret di Kota Metro memasuki babak baru. Kali ini, hal itu menuai sorotan akademisi di Bumi Sai Wawai.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Siti Nurjanah menyampaikan pandangannya terkait dampak pendirian Alfamart-Indomaret bagi masyarakat pelaku UMKM, dari sudut pandang akademisi, saat menjadi narasumber talkshow Saburai TV bersama Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Satu Pintu (DPM-PTSP) Deni Sanjaya dan Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro Indra Jaya.
“Memang, perlu disikapi dengan bijaksana ketika berbicara tentang arti penting investasi bagi pembangunan daerah. Investasi itu berupa penanaman modal yang harusnya berdampak positif bagi masyarakat dan pembangunan daerah. Kalau melihat situasinya saat ini, di satu sisi adanya minimarket ini memberikan kemudahan bagi masyarakat, tapi tentu juga dibutuhkan pengawasan dan pembatasan dari pemerintah, ketika memang dampak dari adanya gerai ritel modern itu justru menjadi keluhan sebagian masyarakat lokal, dalam hal ini pemilik warung kelontong,” ucap Siti Nurjanah dalam talkshow chanel televisi digital Saburai TV yang dilaksanakan di Gedung Perpustakaan Bait Al-Hikmah Kampus II IAIN Metro, Senin, (17/10/2022).
Siti Nurjanah juga berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dapat segera menemukan solusi terbaik, guna kemaslahatan baik bagi investor maupun masyarakat.
“Cari benang merahnya untuk solusi permasalahan ini, agar tidak sepihak dan terasa menyudutkan salah satu pihak saja. Ini harus ada win win solution dengan masyarakat agar sama-sama merasa diuntungkan,” harapnya.
Dijelaskannya, dari kaca mata kaum akademisi pihaknya menyimpulkan beberapa sikap yang menurutnya harus dijalankan bagi Pemkot Metro.
“Kami menyimpulkan, 3 hal yang harus dilakukan Pemkot Metro. Pertama, pemerintah daerah harus peka terhadap keluh kesah masyarakat menengah ke bawah, kemudian, pemerintah daerah harus jadi inisiator dari pentahelix, serta membentuk regulasi yang dapat mempertemukan antara kepentingan investor dengan masyarakat,” jelasnya.
“Soal analisis atas problematika masyarakat seperti ini, harusnya pemerintah daerah membentuk tim untuk mengkaji masalah ini dan IAIN Metro siap bersinergi dalam hal ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala DPM-PTSP Metro, Deni Sanjaya di kesempatan itu mengatakan bahwa, pihaknya saat ini tengah berupaya mengajukan revisi sejumlah regulasi, terkait soal pembatasan minimarket.
“Kami juga sudah mengajukan revisi untuk regulasi-regulasi yang ada saat ini. Mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dengan baik, menata ulang dan membatasi jumlah penyebaran minimarket. Saat ini sedang dalam proses. Dan sambil evaluasi, kita lakukan pengawasan juga,” ungkapnya.
“Kami sudah meminta kepada pihak minimarket itu untuk sementara ini sambil mengevaluasi hal ini, kami mengimbau mereka untuk tidak membuka gerai baru dulu,” sambungnya.
Bicara dampak investasi, menurut Deni Sanjaya hal itu memang jadi salah satu indikator bagi pembangunan daerah. Pihaknya ditugaskan oleh Wali Kota untuk memastikan investasi itu berjalan dengan baik. Namun, terlepas dari itu semua memang diperlukan sebuah sinergitas, bagaimana dengan minimarket-minimarket itu, terkait berdampak baik atau tidak untuk masyarakat lokal.
Selain itu, lanjutnya, Pemkot Metro sendiri tengah berupaya menebalkan mindset warga di Bumi Sai Wawai untuk bangga membeli produk hasil produksi masyarakat lokal melalui program Wali Kota Metro.
“Dan ini juga yang sedang kita programkan melalui program wali kota juga, dalam hal ini menumbuhkan mindset agar masyarakat itu bangga dengan produk-produk hasil UMKM lokal, yakni melalui program Metro Bangga Beli (MB2),” pungkasnya.
Menanggapi Kepala DPM-PTSP Deni Sanjaya, Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Kota Metro, Indra Jaya menambahkan perlunya pembinaan juga tehadap pelaku UMKM di Bumi Sai Wawai.
“Saya rasa juga kadang pemerintah ini kurang sekali dalam pembinaan. Misalkan, masyarakat itu katakanlah usahanya usaha kripik, ada hal yang menurut kita kurang, apakah pengemasannya, apa soal rasa, nah ini kan pernah apa tidak tuh pemerintah itu berfikir tentang hal ini?
Bukan hanya slogan-slogan saja, bangga beli atau apalah itu,” cetusnya.
Menurut Indra Jaya, pembinaan akan jauh lebih berdampak bagi mental dan kualitas pelaku UMKM, ketimbang mengubah mindset kebanyakan warga Metro yang lebih senang berbelanja di ritel minimarket modern skala nasional itu.
“Seperti misalnya bantuan modal bagi pelaku UMKM, itu kan sangat besar nilainya. Tapi, saya rasa butuh pembinaan juga untuk itu. Kenapa? Karena, kita tidak tahu akan diapakan bantuan itu. Apakah tepat penggunaannya? Seharusnya, jika ada pembinaan bagi pelaku UMKM yang mendapatkan subsidi modal, itu harusnya kan berdampak positif bagi mereka,” pungkasnya.
Berdasarkan catatan Ramanews.tv, salah satu perwakilan dari pihak minimarket bernama Ferry, tercatat pernah dipanggil dan mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama sejumlah OPD dan sejumlah pimpinan Komisi I DPRD Kota Metro pada Kamis, 22 September 2022 lalu. Namun, saat diminta sejumlah wartawan untuk wawancara, Ferry terkesan enggan menjawab dan pergi begitu saja dari DPRD Kota Metro dan hingga saat ini, Ferry belum bisa dikonfirmasi ulang.
Senada dengan sikap Ferry, satu pun perwakilan dari pengelola Alfamart di Kota Metro pun belum juga bisa dikonfirmasi.(*)[KikiAnggi]