Ramanews|Metro – Tawa bahagia tak lagi dapat dibendung, saat keberhasilannya menyisihkan semua lawan, membawa Syamsul Hak memenangkan hadiah Yamaha Mio M3, dari Turnamen Bridge (Leng) Andy Roby yang dia ikuti sejak sebelas hari lalu di Destinasi Wisata Dewi Amor, Kelurahan Yosomulyo, Metro Pusat.
Pria berusia 62 tahun itu tidak menyangka, seolah Dewi Fortuna iringi perjuangannya dari babak ke babak, hingga capai puncak kompetisi yang diselenggarakan di Dewi Amor.
“Gak ada persiapan khusus. Kebetulan keberuntungan pada saya, cari juara 1 di antara 700 peserta lainnya itu kan sangat luar biasa,” ucap kakek bertubuh gempal itu saat diwawancarai awak media, Minggu, (01/10/2022) malam.
Hadiah utama turnamen berupa 1 unit kendaraan roda dua tersebut nantinya akan langsung dibuatkan balik nama, atas nama peraih juara 1. Informasi yang diterima Ramanews.tv menyebutkan pada Senin, 3 Oktober 2022 Syamsul akan dibawa panitia untuk langsung mengurus persyaratan administrasi, proses balik nama sepeda motor hadiah tersebut.
Syamsul tak menduga, niatnya bersilaturahmi lewat kompetisi, membuahkan hasil yang tidak murah nilainya. Selain itu, anggapan miring tentang permainan kartu, khususnya bridge (leng), disebutnya sebagai asumsi yang kurang tepat.
“Jangan dianggap ini judi, karena tidak semua yang bisa main permainan kartu itu penjudi. Ini kan ada seperti olahraga berfikir,” cetusnya.
Senada dengan Syamsul, di tempat yang sama Ketua Forum Komunikasi Putera Puteri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) Kota Metro, Andy Robby mengatakan Turnamen Bridge digagas pihaknya dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada malam final kompetisi tersebut, mengingat dalam beberapa dekade ini sudah jarang ditemukan even perayaannya.
“Sekarang ini kan sudah jarang sekali even-even di momen Hari Kesaktian Pancasila, nah itu yang ingin coba angkat kembali, kita gaungkan melalui Turnamen Bridge,” jelas pria yang merupakan suami dari Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Metro, Ancilla Hernani itu.
Andy Roby juga mengatakan pendapat isterinya yang merupakan seorang psikolog itu, menurut dia, selain mempererat silaturahmi dalam bingkai kompetisi, juga menekankan bahwa ada sisi manfaat psikologis mengenai permainan bridge.
“Selama covid-19 kira-kira sudah 2,5 tahun tidak ada kegiatan, ya kalau orang di atas 40 tahun itu kan memang sudah perlu dilatih konsentrasinya, daya pikirnya, strateginya. Kita juga ingin merubah stigmatisasi masyarakat yang cenderung mengorientasikan bridge sebagai perjudian,” ungkapnya.
Kemudian, lanjutnya, giat kolaborasinya dengan berbagai unsur masyarakat itu diinisiasi sebagai bentuk upaya mengangkat perekonomian warga, lewat turnamen yang digelar di spot ekonomi kreatif semisal Destinasi Wisata Dewi Amor.
“Saya harap semakin banyak orang berkumpul dan ini menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat. Mengingat pelaksanaan yang tidak hanya satu hari, ini juga jadi salah satu upaya kita membangkitkan ekonomi masyarakat, khususnya pengelola Destinasi Wisata Dewi Amor,” tandasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Ramanesw.tv dari berbagai sumber, diketahui permainan menggunakan kartu remi sendiri cukup beragam. Kartu ini sering juga digunakan untuk hal-hal lain seperti sulap, enkripsi, permainan papan, dan pembuatan rumah kartu.
Kapan dan siapa penemu kartu remi tidak diketahui secara pasti. Diduga embrionya berasal dari daratan China atau India sekitar tahun 800. Jenis permainan kartu ini belum diketahui secara pasti, entah datang dari Timur, Mesir, atau Arab. Muncul di Italia kira-kira akhir tahun 1200-an. Setelah itu menyebar ke Jerman, Prancis dan Spanyol.
Sedangkan permainan bridge biasanya menjadi salah satu nomor andalan bagi tim Indonesia dalam dunia olahraga, untuk meraih kemenangan dalam suatu turnamen bridge internasional.
Berdasarkan keterangan dari perkiraan, selama 100 juta orang bermain bridge kira-kira 100 negara tergabung pada World Bridge Federation.
The Official Encyclopedia of Bridge (edisi ke lima) menyebut sebuah surat dari mana ternyata bahwa bridge sudah dimainkan di Cairo sebelum 1886. Asal usulnya ialah Turki atau Rusia, diperkirakan bahwa perwira Inggris mengenal permainan ini ketika perang Turki-Rusia (1877-78). Namanya dipungut dari kata Turki ‘biritch’. terdapat lagi yang menuliskan bahwa permainan ini dinamakan menurut keterangan dari Galata Bridge (Jembatan Galata).(*)[KikiAnggi]