Trend Budidaya Kerang Darah Warga Desa Sungaiburung, Tulangbawang

Ramanews|Tulangbawang – Budidaya kerang darah (Anadara Granosa) menjadi trend usaha yang mendominasi di tengah masyarakat Kampung Sungaiburung, Kecamatan Denteteladas, Kabupaten Tulangbawang (Tuba).

Disebut kerang darah oleh masyarakat, disebabkan hewan berjenis mollusca itu dapat menyemburkan cairan berwarna merah pekat seperti darah.

Diperkirakan seorang warga peternak kerang darah, Haji Coli. Menurutnya, sekira ratusan warga nelayan yang bermukim di bibir sungai itu, saat ini sedang marak membudidayakan hewan lunak tersebut, mengingat peminatnya yang tinggi dan harga jual yang terbilang cukup baik dan stabil.

“Kira-kira sudah 3 tahun ini, kerang darah menjadi trend budidaya masyarakat di Desa Sungaiburung. Dari kita, jual ke pengepul sampai belasan ribu per kilo,” ucapnya saat dikonfirmasi Ramanews.tv, Minggu, (15/05/2022).

Warga lainnya, Tahang mengatakan bahwa kerang darah bahkan telah menjangkau pasar Asia. Dikatakannya, peminat Anadara Granosa itu justru didominasi masyarakat mancanegara.

“Infonya sih, itu kerang darah untuk diekspor ke luar negeri. Ada yang ke Hongkong, ke China, Taiwan, Singapura dan Vietnam kalau gak salah,” kata Tahang.

Hasil pantauan Ramanews.tv, biota laut tersebut bercangkang keras, tebal, cangkang berwarna putih dengan totol berwarna keabu-abuan, ukurannya bisa sebesar jari jempol kaki orang dewasa dan permukaan cangkang berlekuk zig-zag. Kemudian, daging kerang berwarna oranye kemerahan, tekstur daging kenyal saat mentah dan sangat lunak ketika matang/dimasak.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Ramanews.tv dari sejumlah peternak, diketahui benih kerang didapat dari kawasan Sungai Lumpur, Kabupaten Mesuji dan Provinsi Palembang.

Untuk setiap 4000 benih yang ditebar, peternak bisa memperoleh hasil panen lebih dari 5 ton bertahap, dari 5 sampai 6 kali panen dalam jarak 4 bulan untuk panen pertama. Sementara itu, peternak tidak perlu mengeluarkan budget untuk pakan ternak, sebab, kerang darah yang ditebar di dasar sungai akan mampu mendapatkan kebutuhan pakan dari alam.

Estimasi keuntungan usaha ini diperkirakan bekisar 600 persen dari modal awal, membuat lebih dari 90 persen masyarakat setempat tergiur untuk memulai usaha sebagai mata pencaharian tambahan di luar profesi sebagai nelayan.[Kiki]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *