Ramanews|Metro – Kebutuhan akan oksigen di Indonesia meningkat seiring dengan Pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Banyak provinsi, kabupaten atau kota yang berupaya semaksimal mungkin agar ketersediaan oksigen cukup untuk kebutuhan medis.
Di Kota Metro, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mencukupi ketersediaan oksigen bagi kebutuhan medis. Dengan berbagai kondisi ini Kota Metro dinilai masih bisa mencukupi kebutuhan oksigen yang ada dengan pemanfaatan oksigen sesuai skala indikator medis.
Diketahui, kepala daerah se Provinsi Lampung kerap mengadakan pertemuan untuk penanganan kebutuhan oksigen medis ini. Kekompakan antar kepala daerah juga merupakan kekuatan untuk bersama-sama menyelamatkan masyarakat dari Pandemi Covid-19.
Wali Kota Metro, dr.H.Wahdi,Sp.OG(K) menegaskan bahwa merupakan kewajiban pemerintah untuk melindungi masyarakat dari berbagai macam bencana salah satunya adalah bencana non alam Pandemi Covid-19.
“Tugas pemerintah untuk melindungi masyarakat apapun yang terjadi,” ujar Wahdi, Jumat (30/7/2021).
Terkait adanya pasien suspek Covid-19 yang meninggal di luar rumah sakit, menurut Wahdi rumah sakit se Kota Metro sudah menjalankan pelayanan medis sesuai dengan standar prosedur operasional (SOP) yang ada bahkan rumah sakit bekerja lebih keras lagi dalam penanganan Covid-19 ini.
“Saya tekankan tidak ada penolakan pasien apapun di rumah sakit (RS) yang ada di Kota Metro. Untuk keterbatasan oksigen tentunya sudah menjadi masalah nasional, sehingga masyarakat harus bijaksana dalam memahami keperluan oksigen ini,” katanya.
Persoalan oksigen merupakan persoalan yang juga menjadi hal yang terjadi di berbagai wilayah. Sehingganya pemanfaatan oksigen medis di Kota Metro diatur menggunakan indikator medis.
Dari data yang dihimpun, RSUD Ahmad Yani Kota Metro membutuhkan pasokan oksigen per hari diperkirakan 300 tabung oksigen yang disuplai dari pihak ketiga. Hal tersebut seperti yang diungkapkan dr.Hartawan,Sp.AN selaku direktur dalam jumpa persnya, Jumat (30/7/2021).
“Dengan kondisi saat itu memang betul ada kejadian itu bukan penolakan tapi penjelasan, pada saat itu yang ke satu pasien Covid-19 penuh, yang kedua kondisi oksigen betul-betul kritis, bahkan saat itu ada tiga pasien yang belum mendapatkan oksigen karena kondisi pada saat itu (hari itu) betul-betul kosong atau nol. Saat itu di ruang isolasi ada 43 pasien covid dan oksigen yang terpakai ada 44. Terus terang oksigen ini betul-betul berlomba, kami ada dua rekanan ada di Bandar Jaya dan di Lampung Tengah, dan saat ini kita masih lakukan kontrak MOU dengan dua pihak ketiga tersebut,” jelasnya.
Menurut Hartawan, pada saat kejadian pasokan oksigen dari Natar mengalami keterlambatan.
“Pada saat kejadian oksigen di Natar stoknya memang banyak oksigennya, tetapi pada saat itu yang harusnya jam 10 pagi maksimal jam 11 pagi datang, karena ada demo masyarakat berebut meminta jatah oksigen di perusahaan itu, nah akhirnya truk-truk yang MOU dengan rumah sakit itu tidak bisa keluar, karena oksigennya diminta dengan keluarga-keluarga yang membutuhkan oksigen,” katanya.
“Dengan kondisi tersebut kita memiliki dua pilihan, satu apakah pasien bisa menerima dengan kondisi dia butuh oksigen, kalau kita terima tentu tidak mendapatkan oksigen. Jadi apakah kita tidak terima dengan kondisi tidak ada oksigen atau kita terima dengan kondisi tidak ada oksigen, terus terang saat itu pasien kita ada 70 pasien dan kondisi oksigen yang tersegel kosong. Jadi bukan menolak sebenernya, itu kronologis yang pertama,” katanya.
Hartawan melanjutkan, masalah oksigen merupakan masalah nasional, kebutuhan untuk di RSUD Ahmad Yani adalah rara-rata 300-400 tabung per hari. “Bahkan stoknya yang ada dari Natar itu hanya 1-8 tabung, Bandar Jaya hanya 50 tabung. Bahkan kita dapat perintah dari Dinkes Provinsi untuk mengambil dana CSR Pusri Palembang, untuk mengambil 100 tabung per hari kita ambil pakai truk kesana,” katanya.
Hartawan meminta kepada segenap insan pers agar membantu mensosialisasikan akan pentingnya menjaga Protokol Kesehatan dan meminta agar insan pers memberikan pemahaman kepada masyarakat akan adanya Corona Virus 19, karena dinilai masyarakat masih banyak yang tidak percaya dengan adanya virus ini.