Ramanews|Tulang Bawang Lampung–Warga di bantaran Sungai Burung yang terletak di Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung merupakan daerah perairan yang cukup luas dengan berbagai potensi destinasi wisata di dalamnya.
Dimana bila potensi wisata alam dikelola dengan baik dan bersungguhan, dapat meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.
Sungai burung sendiri di juluki masyarakat, dikarenakan banyak berbagai jenis burung yang hidup disekitar sungai tersebut, seperti bangau, berbagai jenis merpati dan masih banyak lagi jenis spesies unggas lainnya. Pada tahun 1980-an, bahkan terdapat hutan putih, dimana banyak pepohonan yang nampak putih dikarenakan banyak ribuan spesies burung berwarna putih yang hinggap.

Ditambah lagi, masyarakat selalu menjaga kelestarian hutan flora dan fauna disana dengan tidak memburunya demi kepentingan pribadi. Hal ini sangat berpotensi meningkatkan perekonomian warga bila ditangani dengan baik dan serius.
Kepada reporter Ramanews.tv, Rudi Renaldi (48) warga sekitar menceritakan, wilayah perairan dengan komoditas perikanan yang sangat besar ini, memiliki sejumlah hutan mangrove dengan berbagai jenis flora khas area bakau yang tumbuh subur dan berjajar rapi dengan nuansa alami, dimana jenis pohon yang mendominasi adalah pohon bakau (Rhizophoraceae) dan pohon api-api (Avicenniaceae).
“Terdapat lebih dari 20 titik area hutan mangrove dan jika diakumulasi luas keseluruhannya mencapai ±50 hektare. Disini juga terdapat peraturan, bahwa hanya pohon yang mati atau rubuh saja yang boleh dimanfaatkan warga untuk kebutuhan rumah tangga. Hal ini yang membuat hutan mangrove di kawasan tersebut tampak rapi dan terawat,” Kata Renaldi saat di wawancarai reporter Ramanews.tv, Jum’at 28/5/2021.

Kehidupan masyarakat di desa yang terletak di wilayah pesisir Kampung Bratasena Mandiri ini juga, selaras dengan sebutan Negeri Maritim pada Indonesia. Komoditas perikanan dalam jumlah besar didapat dari mayoritas masyarakatnya yang berprofesi sebagai nelayan dan pembudidaya kerang darah, bahkan sebagiannya mengolah langsung hasil laut seperti pengasapan ikan, pembuatan udang kering (ebi) dan pengemasan rajungan.
Menariknya, sarana akses transportasi air masyarakat masih menggunakan speed boat rakitan, selain menjadi alat transportasi umum, pemilik perahu juga kerap menawarkan jasa tour guide bagi wisatawan asing maupun lokal yang ingin menghabiskan waktu menikmati indahnya hutan mangrove.

Dari hasil penelusuran media Ramanews.tv dilokasi, bahwa dapat ditemukan segala aktifitas perikanan di sana berpotensi menjadi yang terbesar di Indonesia. Diketahui bahwa Kabupaten Tulang Bawang sendiri pernah menjadi sentra budidaya udang terbesar di Indonesia, bahkan Asia.
“Selain udang, budidaya kerang darah sendiri, merupakan bisnis yang menjanjikan dan menjadi solusi perbaikan perekonomian kami disini. Pasalnya, kerang darah merupakan salah satu komoditas ekspor yang diminati warga negara asing seperti Taiwan dan Hongkong. Untuk saat ini, budidaya kerang darah menjadi salah satu mata pencaharian utama sebagian besar warga Sungai Burung, bahkan sampai kelas internasional, dimana masuk dalam komoditas ekspor, menurut perkiraan saya 95% warga Sungai Burung kini membudidayakan kerang darah ini,” paparnya.
Masyarakat yang bermukim di bibir sungai menjadikan rumah-rumah mereka berdiri di atas air berlumpur dan bertumpu pada tiang-tiang kayu gelam sebagai pondasinya, sebagian lainnya sudah menggunakan pondasi semen cor. Pemukiman penduduk yang membentang sepanjang 2 Km di tepian sungai dan menampung ±2000 jiwa ini terdiri dari etnis Bugis, Jawa, Sunda dan Lampung yang hidup berdampingan dengan rukun.
Keanekaragaman hayati, Keindahan hutan mangrove serta kehidupan sosial-budaya masyarakatnya membentuk suatu pemandangan ekosistem eksotis sebuah perkampungan nelayan khas negeri maritim yang sangat potensial sebagai salah satu tempat destinasi wisata keluarga bernuansa alam.(*)[Kiki Anggi].