Ramanews|Metro–Pasca terpilihnya Rektor baru IAIN Metro sampai saat ini belum terbentuk kabinet baru. Apakah susah untuk menenukan SDM yang kapabel dan qualified di lembaga ini?
Dalam statuta memang Rektor terpilih diberikan waktu maksimal 2 bulan untuk menyusun kabinet barunya. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar adalah, apakah benar kabinet ini disusun karena benar-benar menghasilkan kabinet yang qualified? Atau terjadinya pertentangan karena faktor subyektif lainnya? Hanya Rektor terpilihlah yang memiliki prerogatifitas untuk menentukan sekaligus menjawab 2 pertanyaan di atas.
Sebagai warga negara yang menghendaki terbangunnya quality assurance di lembaga negeri satu-satunya di Kota Metro ini, tentu saja keterpilihan SDM yang akan membantu Rektor pada periode 4 tahun ke depan adalah sosok dan figur yang benar-benar dapat menunjukkan kinerja yang optimal dalam mewujudkan ekspektasi dalam menjadikan IAIN Metro menjadi lembaga unggulan di kota pendidikan ini.
Akan menjadi kesalahan besar yang tidak bisa dimaafkan, jika komposisi SDM khususnya pimpinan di level Rektorat dan Dekanat di “huni” oleh orang-orang yang diduga “titipan” dari (entah dan maaf) oleh organisasi tertentu, warna bendera tertentu serta kepentingan-kepentingan tertentu.
Sejatinya perguruan tinggi (baca: IAIN Metro) adalah lembaga otonomi yang memiliki kapasitas untuk mengembangkan mimbar akademik, kebebasan akademik, dan kebebasan ilmiah sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Nah pertanyaannya: apakah mungkin IAIN Metro bisa mengejawantahkan keinginan UU tersebut kalau saja sosok pimpinan dan SDM nya dihuni oleh figur-figur yang dipilih berdasarkan titipan-titipan oleh berbagai faktor yang penulis di atas. Wallahu’alamu bi shawab. Hanya Allah dan Rektor yang mampu menjawabnya.
Hanya akan menjadi sebuah tragedi pendidikan kalau apa yang penulis uraikan di atas, benar-benar terjadi di “negeri” yang kita cintai dan “negeri” dimana kita mencari rezeki. Dan tentu menjadi keniscayaan pula, bahwa IAIN Metro harus menamfikkan semua “suudzon” penulis di atas.
Jabatan yang dibangun atas faktor subyektifitas hanya akan menghancurkan tatanan atmosphere academic yang sudah selayaknya dibangun atas dasar komitmen, obyektifititas, kualitas, dan keinginan kuat untuk menjadikan kampus ini untuk terus mengejar ketertinggalannya pasca transformasi pada tahun 2016 lalu. Kalau saja (maaf) Rektor salah dalam memilih perangkat pendukung di bawahnya, maka akan sangat mustahil IAIN Metro menjadi kampus Destinasi pendidikan yang memiliki visi: Sosio-eco-techno-preneurship.
Tentu pembaca akan bertanya: kenapa penulis seperti memiliki pretensi dan resistensi di atas? Tentu saja berbagai argumentasi yang menurut penulis sudah menjadi rahasia umum di “negeri” ini tidak perlu dijadikan barang eksklusif. Karena semakin eksklusif, maka semakin tercium aroma “kolusi dan Nepotisme” semakin tercium. Benarkah? Hanya waktu yang akan menjawab ini semua. Tentu penulis dan semua pembaca sepakat, kalau “diharamkan” untuk lembaga ini terbentuknya “koloni” dan “sekutu-sekutu” yang dipilih atas dasar titipan-titipan kelompok, bendera, dan warna tertentu. Lembaga ini harus bebas dari intervensi manapun dalam mengembangkan nilai-nilai akademik (academic values) yang dibangun atas dasar kekuatan obyektifitas dan sinergisme yang totalitas.
Rektor selaku top leader, seharusnya menjauhkan diri dari tekanan-tekanan pihak tertentu dalam menentukan idealisme kabinet yang mendukungnya. Sehingga kesan “balas budi” tidak nampak dan mendominasi kepemimpinan beliau termasuk dalam menentukan kabinet yang akan mendukung beliau di masa 4 tahun ke depan.
Kondusifitas lembaga ini dipertaruhkan salah satunya oleh langah awal Rektor dalam memilih SDM pendukungnya. Kita semua dan penulis tidak pernah berharap akan muncul resistensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pimpinan dalam mengawal lembaga ini 4 tahun ke depan. Walaupun kita juga memafhumi bahwa “jangan-jangan” Rektornya juga diusung oleh pihak-pihak tertentu. (Maaf sekali lagi ini hanya Suudzon). (*)[Kiki Anggi].
Sumber dan Penulis: Buyung Syukron, Dosen IAIN Metro