Ramanews|METRO – Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dalam mewujudkan visi sebagai kota berbudaya terus dilakukan. Sejak tiga tahun terakhir, pemkot telah merevitalisasi cagar budaya yang ada di kota setempat. Tak hanya itu, di era kepemimpinan Wali Kota, Wahdi Siradjuddin, Kota Metro menjadi kota pertama di Lampung yang memiliki Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) serta menerbitkan Perda dan Perwali terkait pelestarian cagar budaya hingga membuat kurikulum sejarah lokal dan cagar budaya.
Pemerintah jjuga telah menetapkan tujuh cagar budaya dan lewat partisipasi serta peran serta berbagai kalangan telah merevitalisasi tiga cagar budaya yakni Dokterswoning yang kini menjadi Rumah Informasi Sejarah, Museum Mini Santa Maria dan terakhir Rumah Asisten Wedana Metro.
Wali Kota Metro, Wahdi mengatakan, upaya tersebut sesuai RPJMD Kota Metro 2021-2026 dimana pelestarian budaya merupakan upaya kota Metro menjadikan kota ini kota yang berbudaya dengan mengaktualisasi nilai-nilai budaya dan sejarah.
“Bersama-sama kita jadikan warna budaya dan sejarah sebagai cerita yang terus abadi untuk generasi selanjutnya,” kata dia, Senin (10/6/2024)
Kendati demikian, Wahdi juga mengakui bahwa penerjemahan RPJMD ini masih memerlukan waktu untuk dapat dipahami seluruh OPD untuk menjadi sebuah kesatuan gerak.
Kepala Disdikbud Metro, Suwandi mengatakan, pihaknya telah membuat kurikulum sejarah lokal dan cagar budaya sebagai upaya penerjemahan visi Kota Metro yang salah satunya adalah berbudaya.
“Berdasarkan tupoksi kami, kini selain telah memiliki kurikulum sejarah lokal dan cagar budaya juga telah menerapkan kebijakan wajib kunjung kepada sekolah-sekolah di lingkungan Pemkot Metro, khususnya SD dan SMP agar mengagendakan kunjungan ke cagar-cagar budaya yang ada sebagai upaya memperkenalkan peserta didik akan sejarah perkembangan Kota Metro,” jelasnya.
Menurutnya, melalui kebijakan ini kunjungan ke cagar budaya meningkat drastis dan harapannya ke depan akan menarik wisatawan dari luar Kota Metro.
Terpisah Kepala BPPRD Kota Metro Syachri Ramadhan mengatakan, dampak dari upaya Pemkot Metro merevitalisasi cagar budaya tersebut terdapat peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kini retribusi kunjungan cagar budaya telah mulai berjalan, selain itu pendapatan dari even-even maupun sewa aset di sekitar cagar budaya telah menunjukan trend positif,” ucapnya.
Syachri optimis bila serius dikembangkan maka wisata sejarah dan cagar budaya kedepannya akan menajdi salah satu sumber pendapatan daerah.
Sementara itu Kadis Kominfo Kota Metro Subehi mengatakan pihaknya terus mendukung pengembangan cagar budaya yang ada melalui publikasi-publikasi, baik media berita maupun media sosial agar keberadaan cagar budaya semakin dikenal luas oleh masyarakat.
“Tentunya kami mendukung agar visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD Kota Metro 2021-2026 dapat diketahui dan disebarluaskan kepada masyarakat,” terangnya.
Subehi menuturkan, dalam waktu dekat Diskominfo juga akan menggelar Lomba Cerdas Cermat Kelompok Informasi Masyarakat (LCC KIM) di cagar budaya Rumah Asisten Wedana, tepatnya pada tanggal 12 Juni 2024 mendatang.
“Salah satu tujuannya adalah untuk memperkenalkan keberadaan cagar budaya yang ada di Kota Metro ini kepada masyarakat, sehingga masyarakat lebih mengetahui tentang sejarah kotanya,” paparnya.
Heri Widarto dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Metro mengatakan dengan perkembangan serta geliat cagar budaya yang ada saat ini maka sudah saatnya Metro memiliki road map menuju Kota Pusaka.
“Potensi cagar-cagar budaya Metro yang berada di satu kawasan dan berdekatan tentunya menjadi daya tarik tersendiri terlebih Metro tak memiliki wisata alam seperti daerah lainnya, maka kekuatan sejarah dan cagar budaya dapat menjadi opsi untuk dikembangkan seperti di kota-kota besar lain di Indonesia,” jelasnya.
Pihaknya juga mengapresiasi perkembangan Kota Metro saat ini yang memiliki perhatian terhadap cagar-cagar budaya.
“Saatnya kita punya road map Kota Pusaka dan semoga pemimpin ke depan akan terus memberi perhatian terhadap pembangunan kebudayaan,” pungkasnya.(*)[Advertorial]