Siapa Sosok Polisi di Balik Terungkapnya Sejumlah Kasus Kriminal Besar Yang Pelik?

Ramanews|Jakarta – Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya membongkar tiga kasus misterius yang menarik sejumlah besar perhatian publik. Mulai dari kasus penemuan mayat satu keluarga di Kalideres, mutilasi Angela Hindriarti, hingga pembunuhan berantai oleh kawanan Wowon.

Beberapa waktu terakhir, publik digemparkan oleh sejumlah kasus pembunuhan misterius yang mencuat. Terbaru, yang saat ini juga masih dalam pengembangan adalah kasus pembunuhan yang disebut sebagai ‘Serial Killer Wowon cs”. Kasus Wowon Cs bermula dari dugaan keracunan Cibul alias Ciki Ngebul.

Warga menemukan sebanyak lima korban yang masih satu keluarga, terkapar dengan mulut berbusa di sebuah rumah kontrakan di daerah Bekasi. Tiga di antaranya meninggal, sedangkan 2 lainnya, satu balita dan satu pria selamat. Namun, berkat kepiawayan petugas Ditkrimsus Polda Metro Jaya, belakang ada rentetan peristiwa misterius di balik kasus tersebut.

Sebelum kasus Wowon cs mencuat, Polda Metro Jaya juga membongkar kasus yang tak kalah menggemparkan, yakni kasus mutilasi di Bekasi, dengan tersangka Ecky Listianto. Korbannya belakangan diketahui adalah sosok Angela Hindriarti. Kasus mutilasi di Bekasi itu mulanya terlihat sebagai kasus biasa, yakni dari sebuah laporan ibu rumah tangga yang kehilangan suaminya bernama Ecky.

Saat menelusuri keberadaan Ecky di sebuah rumah kos di daerah Tambun, Bekasi, polisi justru mendapati sebuah boks kontainer berisi potongan jasad perempuan. Dari sinilah kasus tersebut akhirnya terbongkar. Hingga kini, polisi juga masih mendalami kasus tersebut.

Sebelum kasus Ecky mencuat, Polda Metro Jaya juga mendapati satu kasus misterius yang cukup rumit, yakni kasus kematian sekeluarga di Kalideres. Keluarga di Kalideres meninggal tak wajar, mereka ditemukan pada 10 November 2022. Empat korban adalah ayah Rudyanto Gunawan (71), ibu Renna Margaretha (68), paman Budyanto Gunawan (68) dan anak Dian Febbyana (42).

Banyak spekulasi muncul terkait kematian sekeluarga di Kalideres itu. Mulai dari misteri ritual tertentu, hingga sempat muncul isu racun. Namun, setelah berminggu-minggu melakukan penyelidikan, polisi menyimpulkan tidak ditemukan unsur pidana dalam kasus tersebut. Rumitnya kasus itu diakui oleh Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi.

“Sebagaimana kita ketahui, metode penyelidikan yang kami kembangkan yaitu scientific crime investigation. Ketika kita melakukan penyelidikan ilmiah, kita harus telusuri dan analisis bukti yang tersedia untuk memastikan hasilnya akurat dan dapat dipertanggungjawabkan,” kata Hengki di Polda Metro Jaya Jakarta, Jumat, 9/1/2023.

Berkat ketajaman analisa Kombes Hengki Haryadi, pada akhirnya sejumlah kasus-kasus misterius yang pelik itu terbongkar. Siapa sebenarnya dia? Bagaimanakah rekam jejak calon jenderal itu?

Wikipedia mencatat Kombes Pol Hengki Haryadi sebagai perwira menengah (pamen) di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang saat ini mengemban jabatan sebagai Dirreskrimum Polda Metro Jaya. Hengki Haryadi menduduki posisi tersebut sejak April 2022 silam.

Hengki dikenal luas sebagai perwira yang sangat anti terhadap aksi premanisme. Berbagai penugasan dijalaninya, hingga banyak pengungkapan yang diselesaikan, terutama pada tindak kejahatan Pidana umum (krimum), Tindak Pidana Khusus (krimsus) dan Narkoba. Terbukti! Berbagai Piagam Penghargaan pun telah diraihnya (tanda jasa/penghargaan negara).

Kasus Terkenal

Hengki juga dikenal keberaniannya pada saat menangkap Kompolotan Hercules, OTT di Pelabuhan Palaran, Bongkar Praktek Mafia Tanah Ciduk Pejabat BPN Terkait Kasus Mafia Tanah, Ungkap Jaringan Pengedaran Sabu, Ungkap Sabu-sabu dalam Kemasan Kopi dari Amerika, Bongkar Kartel Narkoba Internasional, Penghargaan Dari DEA Karena Berhasil Bongkar Kartel Narkoba.

Pada masa Covid-19 Hengki membongkar mafia tabung oksigen dan menyerahkan 138 tabung oksigen kepada Pemprov DKI Jakarta, menyerahkan ratusan tabung oksigen hasil sitaan. Hengki juga mendapatkan apresiasi saat Penanganan Kasus Mafia Pangan, Kasus Beras Maknyuss. Sabet penghargaan dari Bea Cukai. Hengki juga didukung presiden Jokowi yang minta Kapolri Tangkap Oknum Penghambat “Dwell Time“, Tersangka Kasus Suap Dwelling Time 2 ditahan. Meraih Penghargaan Menteri Kesehatan, raih Pin Emas atas Pengungkapan Kasus Mafia Tanah dan juga mendapat apresaiasi dari Presiden soal OTT di Samarinda.

Sebelumnya, Hengki menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat kemudian menjadi Kapolres Metro Jakarta Pusat. Hengki disebut sebagai lulusan terbaik di angkatannya. Bisa dibilang, ia memiliki kecakapan dan spesialisasi dalam satuan reserse. Kombes Hengki Haryadi lahir di Palembang, pada 16 Oktober 1974, lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1996.

Lulus AKPOL Hengki bertugas di Dili, sebagai Pamapta Polres Dili, Kasat Lantas Polres Manatuto, Kasat Lantas Polres Dili, Wakapolsek Lengkong, lalu Kasat Lantas Polres Garut (2001-2002). Hengki kemudian menjabat sebagai Kapolsek Telukbetung Selatan Lampung pada 2005. Pada 2011 sempat menjadi Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat dan kemudian dimutasi menjadi Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat pada 2012.

Pada 2014, kariernya makin cemerlang setelah ditunjuk untuk menduduki posisi sebagai Kapolres KP3 Tanjungpriok. Pamen Polri ini juga tercatat sempat mengemban jabatan sebagai Wadirreskrimsus Polda Metro Jaya (2016), Kasubdit I Dittipideksus Bareskrim Polri (2017), Kapolres Metro Jakarta Barat (2017), dan Analis Kebijakan Madya bidang Pideksus Bareskrim Polri (2019). Pada 2020, Hengki kemudian mengemban amanat untuk menjabat Kapolres Metro Jakarta Pusat.

Lulus Akpol

Dari Dili, Hengki pertama kali dirasakannya di kampung halamannya, yaitu Lampung. Jabatan pertamanya itu adalah Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tulang Bawang (Tuba). Setelah itu, Hengki dipindahtugaskan menjadi Kapolsek Telukbetung Selatan, lalu berpindah tugas lagi menjadi Kasat Reskrim Polresta Bandar Lampung dan terakhir memegang jabatan Kanit Jatanras Polda Lampung.

Mulai 2010, Hengki bertugas di Kota Metropolitan DKI Jakarta. Jabatan pimpinan pertamanya di Jakarta adalah Kapolsek Metro Gambir. Tak lama dari situ, dia menjadi Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat. Lalu menjadi Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat.

Pada momen menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, Hengki harus berhadapan dengan preman kelas kakap, Rosario de Marshall atau akrab dikenal dengan nama Hercules. Hengki beserta tim dari Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Barat pada 2013 itu mencokok Hercules dan kawanannya karena kerap memeras dan melakukan tindakan kekerasan kepada masyarakat di kawasan Kebonjeruk, Jakarta Barat.

Menjadi Kapolres Metro Jakarta Barat

Usai berhadapan dengan Hercules, Hengki mengungkap kasus-kasus narkoba mulai dari jenis ekstasi, sabu dan ganja. Mulai dari yang dibuat secara rumahan hingga terhubung dengan jaringan internasional. Di bawah bimbingan Hengki, Polres Metro Jakarta Barat akhirnya berkolaborasi dengan DEA pada pertengahan 2019 mengungkap sindikat narkoba Amerika-China-Indonesia, hingga memperoleh penghargaan leadership dalam investigasi. Juga, selama menjabat menjadi Kapolres Metro Jakarta Barat, Hengki juga kembali menangkap Hercules.

Menjadi Kapolres Metro Jakarta Pusat

Pada tanggal 16 November 2020, Hengki Haryadi yang semula menjabat sebagai Analis Kebijakan Madya Bidang Pideksus Bareskrim Polri ditunjuk oleh Kapolri Jenderal Idham Azis sebagai Kapolres Metro Jakarta Pusat menggantikan Kombes Polisi Heru Novianto. Selama menjabat, Hengki berhasil mengungkap kasus peredaran narkoba 400 kg sabu, Sindikat Timur Tengah.

Menjadi Dirreskrimum Polda Metro Jaya

Hengki Haryadi resmi mengemban tanggung jawab baru sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada tanggal 13 Mei 2022. Selama menjabat, Hengki banyak menyelesaikan kasus-kasus besar, diantaranya adalah Penangkapan tokoh utama dan jaringan khilafatul muslimin yang secara clandestein bercita-cita merubah Pancasila dan UUD 1945.

Lalu memberantas mafia tanah yang melibatkan para pejabat BPN. Juga, mengungkap sejumlah kasus seperti pembunuhan berencana, kasus mutilasi, hingga menyelusuri kasus kematian 4 keluarga di Kalideres. Dengan metode kolaborasi interprofesi yang mengedepankan scientific crime investigation. Dan juga pernah selama hampir 14 hari mengungkap kasus pencurian yang didominasi kasus pencurian bermotor dan lain-lain dengan total tersangka 164 tersangka melalui operasi sikat jaya.

Jabatan Kepolisian ;
Pamapta Polres Dili (1997-1998)
Kasat Lantas Polres Manatuto (1998-1999)
Kasat Lantas Polres Dili (1999)
Wakapolsek Lengkong (1999-2001)
Kasat Lantas Polres Garut (2001-2002)
Pama Polda Lampung (2002-2004)
Kasat Reskrim Polres Tuba (2004-2005)
Kapolsek Telukbetung Selatan (2005-2006)
Kasat Reskrim Poltabes Bandar Lampung (2006-2008).
Kanit III Sat I Ditreskrim Polda Lampung (2008-2010)
Pamen Polda Metro Jaya (2010)
Kasubbag Kermalat Bagbinlat Ro Ops Polda Metro Jaya (2010-2011)
Kapolsek Metro Gambir (2011)
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat (2011-2012)
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat (2012-2014)
Kapolres KP3 Tanjungpriok (2014-2016)
Wadirreskrimsus Polda Metro Jaya (2016-2017)
Kasubdit I Dittipideksus Bareskrim Polri (2017)
Kapolres Metro Jakarta Barat (2017-2019)
Analis Kebijakan Madya Bidang Pideksus Bareskrim Polri (2019-2020)
Kapolres Metro Jakarta Pusat (2020-2022)
Dirreskrimum Polda Metro Jaya (2022-sekarang)

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Akademis

Hengki dilahirkan dari ‘anak kolong’, sebagai putra dari pasangan R Tjoek Soekotjo (ayah) dan Sri Murtini (ibu). Hengki menempuh pendidikan dasar di SD Xaverius Metro, lalu melanjutkan ke pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Metro dan lulus pada tahun 1987. Ia menjadi salah satu perwakilan siswa SMA Taruna Nusantara asal Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 1993 (TN-1). Hengki kemudian masuk di Akademi Kepolisian pada tahun 1993 dan lulus di tahun 1996.

Pada saat bersekolah di SMA Taruna Nusantara, ia merupakan salah satu Purna Paskibraka Indonesia (PPI) tahun 1991. Dulu Paskibraka, Kini Polisi Berprestasi Dalam pengibaran bendera merah putih dalam rangka hari kemerdekaan 17 agustus di Istana Negara pada tahun 1991 Hengki terpilih sebagai Komandan Kelompok 8, tim inti yang bertugas mengibarkan sang Merah-Putih.

Hengki bertemu dengan Duma Intan Karenina (isteri) yang merupakan gadis pujaannya, mereka kemudian menikah dan dikaruniai 4 orang anak, yaitu 1 laki-laki dan 3 perempuan.(*)[rls]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *