Ramanews|Lampung Selatan – Dibolehkannya mudik lebaran Idul Fitri 2022 oleh pemerintah, meninggalkan kesan tersendiri bagi sejumlah masyarakat. Utamanya bagi mereka yang tengah berjuang meraup rejeki, baik di daerah luar domisili maupun di negeri orang.
Sanak famili atau kerabat yang sedang berada jauh dari kampung halaman, tentu senantiasa berharap dapat bertemu kembali dalam momentum peringatan lebaran di tahun ini.
Tak terkecuali bagi Jumani, seorang pria paruh baya yang setia menantikan kehadiran anak dan cucunya dari Jogjakarta.
Saat ditemui Ramanews.tv, Jumani yang merupakan mantan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Bandarlampung, kala itu terlihat sedang duduk sendiri di jajaran kursi luar, depan pintu kedatangan Bandara Radin Inten II, Selasa, (26/4/2022).
“Dulu saya Kepala SMAN 2 Bandarlampung, tapi sekarang sudah tidak di sana lagi,” bebernya.
Sesekali ia terlihat sibuk membuka dan mengusap-usap layar smartphone miliknya seraya menolehkan pandang ke kiri dan kanan seperti sedang mencari sesuatu.
“Sedang menunggu anak dan cucu saya, sudah dua tahun tidak mudik ke Lampung,” ujar kakek yang mengaku sebagai warga Kabupaten Pringsewu itu.
Dia mengungkapkan bahwa ia sudah sangat merindukan anak-cucunya. Diakuinya, pandemi yang cukup lama melanda Bumi Pertiwi, telah berdampak bagi silaturahmi dan menyisakan kerinduan mendalam baginya, terhadap darah daging yang berada jauh dari jangkau pandangnya.
“Makanya saya susul hari ini secara langsung dan tidak pakai travel. Karena tidak ada lagi penerbangan langsung dari Jogyakarta ke Lampung, jadi, anak saya dari Jogjakarta, transit ke Jakarta, baru berangkat ke Bandara ini,” jelasnya.
Dua-tiga kali, kakek yang berusia lebih dari lima dasawarsa itu memamerkan dengan bangga foto cucunya, yang saban hari dikirim oleh anaknya melalui pesan Whatsapps.
“Bahkan sejak cucu saya lahir, saya belum pernah berjumpa dengannya, setiap hari hanya dikirim foto dan video saja oleh anak saya,” ungkapnya dengan mata berbinar penuh haru.
“Dia itu (cucunya) suka sekali kejar-kejar kelinci kalau di taman,” lanjutnya lirih.
Jumani mengira cucunya tidak akan mengenalinya, lantaran mereka tidak pernah bertatap muka.
“Pasti dia (cucunya) tidak kenal saya, sebab, tidak pernah berjumpa, asing pasti,” sambungnya.
Setelah menanti sekitar 30 menit di bandara, akhirnya, anaknya tiba. Sumringah seketika memancar di wajah saat anak dan cucunya tiba di pintu kedatangan bandara, seolah meluluhlantakkan tembok kerinduan di hati sang pria paruh baya tersebut.
“Saya mau temui anak saya dulu ya,” pungkasnya tergesa-gesa.
Sambil berpamitan, dia mengajak anak-cucunya menuju arah mobilnya yang terparkir di sisi pintu kedatangan.
Kerinduan terbayar sudah, Jumani nampak optimis berbahagia di awal mula pertemuan singkatnya dengan si buah hati pun cucunya.
Pandemi sekian waktu kian merentangkan jarak mereka untuk bertemu, hari raya Idul Fitri seakan beri hikmah bagi jalinan kasih di antara keluarga itu.
Bergegas, kendaraan beroda empat miliknya itu melaju tancap gas. Melintas meninggalkan bandara dalam sekejap, bak pesawat yang lepas landas.[Kiki]