Ramanews|Metro–Ribuan kartu petani berjaya, program Gubernur Lampung Arinal Djuandi masih belum tersalurkan maksimal di Kota Metro. Sebanyak 1.525 masyarakat masih belum merasakan kartu tersebut.
Selain itu, ketersediaan pupuk bersubsidi bagi para petani di Kota Metro juga masih menjadi keluhan. Hal tersebut disampaikan kepada dinas pertanian dan ketahanan pangan Kota Metro, Heri Wiratno usai menghadiri kegiatan panen raya padi, kelompok tani Mari Sejahterahkan Petani (MSP), di Pendopo Petani Kota Metro, Jalan. Kangguru Hadimulyo Timur, Sabtu 19/3/2022.
” Untuk kuota kartu petani berjaya di Kota Metro terdapat 5.225, dan sudah tersalurkan 3.700, sisanya ditargetkan tersalurkan di tahun 2022 ini,” Kata Heri Wiratno saat dikonfirmasi awak media.
Heri juga menyampaikan, persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi, para petani tidak perlu khawatir, dan dipastikan aman seperti yang disampaikan Sudin, ketua komisi VI DPR RI.
” Seperti yang disampaikan pak Sudin tadi, petani tidak perlu khawatir terkait pupuk, karena dapat dimanfaatkan dari teknologi saat ini, dengan pupuk organik dan mikroba yang dikembangkan para penyuluh dan para petani, serta unit unit pengolahan pupuk yang di janjikan pak Sudin tadi.
Kemudian, terkait kendala belum tersalurkan kartu petani berjaya itu, antara lain memang masih tertahan di Bank BRI, karena para petani belum memiliki rekening, selain itu juga terdapat 102 orang yang datanya tidak dapat diproses akibat terdapat nomor induk kependudukan (NIK) ganda, maksudnya sudah terdaftar di kabupaten lain.” Ucapnya.
Menanggapi belum maksimalnya program petani berjaya Gubernur Lampung, emosi ketua kelompok tani MSP Lampung Sumarsono memuncak, dan menganggap persoalan petani tidak pernah teratasi dengan program tersebut.
” Kartu petani berjaya apa itu, berjaya berjaya apa! dan saya juga bukan kelompok mereka, di urus rakyat ini, jangan cuma klaim klaim aja, diurus yang bener rayak ini, berjaya apa. Coba lihat saluran tersier petani, lihat lumpurnya, itu tugas mereka. Memang saya tidak punya kapasitas ngomong di Metro, tapi masalah itu sama hal yang terjadi di Lampung Tengah. Lihat semua tersier itu, sedimennya, itu tugas Pemerintah Provinsi, balai besar yang selogannya petani berjaya, apa itu, berjaya apa.” Tegasnya.(*)[Abid Bisara]