Ramanews|Metro–Selama pandemi Covid-19, bersepeda menjadi olahraga yang tengah tren di masyarakat.Namun, tren bersepeda kadang kala justru membuat pengendara lain merasa tak nyaman.
Wali dan Wakil Wali kota Metro Wahdi Sirajuddin dan Qomaru beserta Kapolres Metro, dan Dandim 0411/LT melakukan silaturahmi ke beberapa Kampung Tangguh dalam kegiatan gowes sepeda, Minggu 21/03/2021
Kegiatan gowes sepeda dimulai dari Rumah Dinas Walikota, melalui rute yang di tentukan, titik singgah pertama gowes sepeda ini di Kampung Tangguh Kelurahan Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur.
Kegiatan bersepeda, tersebut mendapat sorotan dari salah satu tokoh milenial Kota Metro Fritz Achmad Nuzir, dimana kegiatan tersebut sempat menutupi sebagian ruas jalan dan dinilai kurang mengedukasi masyarakat dalam beretika bersepeda.
Pasalnya, para pesepeda itu gowes di jalan raya secara berjajar, sehingga memenuhi badan jalan. Sehingga hak pengguna jalan lain merasa terampas. Dimana komunitas dan minat masyarakat dalam berolahraga sepeda menjadi alternatif di masa pandemi Covid-19.
Namun hal ini harus diimbangi dengan adanya fasilitas para pesepeda seperti lahan parkir dan jalur khusus sepeda, untuk meminimalisir kecelakaan dan kenyamanan pengguna jalan lainnya.
Fenomena ini juga yang terjadi di Kota Metro yang berjuluk Bumi Sai Wawai. Dimana etika bersepeda kurang tertanam pada beberapa pecinta olahraga sepeda, mulai dari kalangan masyarakat maupun pejabat pemilik kekuasaan.
Menanggapi hal tersebut, Dosen arsitektur universitas Bandar Lampung lulusan Jepang, Dr. Eng, Fritz Achmad Nuzir mengatakan, pro dan kontra sering terjadi dikarenakan jalan memang tidak didisain untuk sepeda, dan Pemerintah harus cepat tanggap dengan memfasilitasi berapu jalur serta tempat parkir khusus sepeda.
“Tren bersepeda seharusnya dijadikan momentum pemerintah setempat untuk memperbaiki infrastruktur kenyamanan bersepeda sebagai opsi transportasi, terutama sebagai pengganti transportasi umum atau sebagai alternatif olahraga di masa pandemi Covid-19,” Kata Fritz Achmad Nuzir saat dikonfirmasi oleh wartawan Jejamo.com Minggu 21/3/2021.
Fritz juga menyampaikan, Pemerintah juga harus dapat mengkonsep tata ruang agar lebih baik dan sangat pas dengan adanya jalur sepeda, namun Kunci dalam membuat jalur sepeda tidak cukup dengan hanya mengecat garis di jalan Perlu adanya sebuah masterplan bike network, agar titik pusat aktivitas Kota saling terhubung.
“Selain itu, dalam bersepeda dalam jumlah besar atau konvoi, perlu ada edukasi, kemudian penegakan dan pengawasan atau perlu berkoordinasi juga dengan kepolisian dan dishub, karena perlu ada rekayasa lalu lintas, demi keamanan, keselamatan, kenyamanan antara pengguna jalan,”ucapnya.
Dikatakannya lagi, Kota sepeda tidak akan tercipta hanya karena banyak warganya yang naek sepeda, tapi harus ditata dan dikelola.
“Jadi memang ditiap fasilitas umum disediakan tempat parkir sepeda, Belum lagi bicara tentang public bike system, seperti di Kota lain, atau minimal kalo blm siap itu semua belajarlah dari EO sepeda santai, Ketika ada kegiatan bersepeda massal harus siap dengan panitia dan pengaturan lalu lintasnya, itupun harus berbaris panjang, bukan berjajar melebar, dan harus memperhatikan etika bersepeda yang harus diterapkan oleh para pesepeda agar tidak menganggu pengendara yang lain.
Seperti Menggunakan helm, Menaati peraturan lalu lintas kika berkendara di jalan raya, Menggunakan lajur paling kiri, Jika bersepeda berkelompok maka membuat barisan memanjang.
Sehingga tidak memenuhi badan jalan, intinya berbagi jalan dengan pengguna jalan yang lain.” Pungkasnya.
Wali dan Wakil Wali kota Metro Wahdi Sirajuddin dan Qomaru beserta Kapolres Metro, dan Dandim 0411/LT melakukan silaturahmi ke beberapa Kampung Tangguh dalam kegiatan gowes sepeda, Minggu 21/03/2021
Kegiatan gowes sepeda dimulai dari Rumah Dinas Walikota, melalui rute yang di tentukan, titik singgah pertama gowes sepeda ini di Kampung Tangguh Kelurahan Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur.
Kegiatan bersepeda, tersebut mendapat sorotan dari salah satu tokoh milenial Kota Metro Fritz Achmad Nuzir, dimana kegiatan tersebut sempat menutupi sebagian ruas jalan dan dinilai kurang mengedukasi masyarakat dalam beretika bersepeda.
Pasalnya, kegiatan sepeda itu gowes di jalan raya secara berjajar, sehingga memenuhi badan jalan dan menghambat penggunaan jalan lain, dikarenakan tidak diimbangi dengan adanya fasilitas para pesepeda seperti lahan parkir dan jalur khusus sepeda, untuk meminimalisir kecelakaan dan kenyamanan pengguna jalan lainnya.
Menanggapi hal tersebut, Dosen arsitektur universitas Bandar Lampung lulusan Jepang, Dr. Eng, Fritz Achmad Nuzir mengatakan, pro dan kontra sering terjadi dikarenakan jalan memang tidak didisain untuk sepeda, dan Pemerintah harus cepat tanggap dengan memfasilitasi berapu jalur serta tempat parkir khusus sepeda.
“Tren bersepeda seharusnya dijadikan momentum pemerintah setempat untuk memperbaiki infrastruktur kenyamanan bersepeda sebagai opsi transportasi, terutama sebagai pengganti transportasi umum atau sebagai alternatif olahraga di masa pandemi Covid-19,” Kata Fritz Achmad Nuzir saat dikonfirmasi Minggu 21/3/2021.
Fritz juga menyampaikan, Pemerintah juga harus dapat mengkonsep tata ruang agar lebih baik dan sangat pas dengan adanya jalur sepeda, namun Kunci dalam membuat jalur sepeda tidak cukup dengan hanya mengecat garis di jalan Perlu adanya sebuah masterplan bike network, agar titik pusat aktivitas Kota saling terhubung.
“Selain itu, dalam bersepeda dalam jumlah besar atau konvoi, perlu ada edukasi, kemudian penegakan dan pengawasan atau perlu berkoordinasi juga dengan kepolisian dan dishub, karena perlu ada rekayasa lalu lintas, demi keamanan, keselamatan, kenyamanan antara pengguna jalan,”ucapnya.
Dikatakannya lagi, Kota sepeda tidak akan tercipta hanya karena banyak warganya yang naek sepeda, tapi harus ditata dan dikelola.
“Jadi memang ditiap fasilitas umum disediakan tempat parkir sepeda, Belum lagi bicara tentang public bike system, seperti di Kota lain, atau minimal kalo blm siap itu semua belajarlah dari EO sepeda santai, Ketika ada kegiatan bersepeda massal harus siap dengan panitia dan pengaturan lalu lintasnya, itupun harus berbaris panjang, bukan berjajar melebar, dan harus memperhatikan etika bersepeda yang harus diterapkan oleh para pesepeda agar tidak menganggu pengendara yang lain.
Seperti Menggunakan helm, Menaati peraturan lalu lintas kika berkendara di jalan raya, Menggunakan lajur paling kiri, Jika bersepeda berkelompok maka membuat barisan memanjang.
Sehingga tidak memenuhi badan jalan, intinya berbagi jalan dengan pengguna jalan yang lain.” Pungkasnya.
Sementara itu, saat mencoba dikonfirmasi melalui pesan singkat ponsel Wali Kota Metro terkait kegiatan tersebut, dan janji kampanye lalu, dengan komunitas sepeda mini Metro yang akan memfasilitasi serta menambah lintasan track pesepeda yang kerap beralih fungsi menjadi lahan parkir, belum mendapatkan balasan hingga berita ini diterbitkan.